Minggu, 09 Desember 2012

PROBLEMATIKA PERILAKU PESERTA DIDIK DI SD


A.    PROBLEMATIKA PERILAKU PESERTA DIDIK PADA SD  
A.    Tingkah laku negatif
Aspek Kognitif
Perilaku bermasalah pada aspek kognitif, yaitu
a.       Pikiran negatif 
Pikiran negatif adalah pikiran-pikiran buruk terhadap berbagai hal misalnya, jika ada teman yang mendekatinya dikira ada apa-apa (ingin mencontek).

b.      Suka menyalahkan orang lain dan menganggap dirinya paling benar
Hal ini biasanya terjadi ketika muncul peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan. Misalnya, di tengah-tengah meriahnya bermain, terdapat temannya yang jatuh karena desak-desakan, lantas, teman terdekatnya menyalahkan bahkan menuduh teman yang lain telah mendorong sehingga terjadi
c.       Malas masuk sekolah 
Kemalasan untuk masuk sekolah pada anak usia dini bukanlah perasaan takut. Tetapi orang tua menanggapinya dengan kekasaran, maka anak menjadi semakin malas. Kemalasan anak masuk sekolah disebabkan oleh pikiran yang irasional. Dalam pikiran anak, sekolah itu sulit, kekal, disiplin, menakutkan, d1l.
d.      Tidak mau belajar
Tidak maunya anak-anak belajar disebabkan oleh rasa ketergantungan anak kepada orangtuanya. Akibatnya, anak tidak mau belajar susah payah dan hanya menginginkan apa yang dikehendakinya segera terwujud.
e.       Memperhatikan pelajaran
Anak yang tidak mau memperhatikan pelayanan ketika gurunya mengajar disebabkan oleh pikirannya yang irasional dalam bentuk anggapan bahwa mengelak dari persoalan lebih mudah dari pada menghadapinya secara bertanggung jawab.
f.       Terlambat berpikir
Keterlambatan berfikir ini disebabkan oleh pikiran irasional dalam bentuk anggapan bahwa seseorang harus memiliki kepastian dan pengendalian diri yang sempurna atas suatu hal.
g.      Pelupa
Kondisi mudah lupa disebabkan oleh pikiran irasional dalam bentuk anggapan bahwa suatu kejadian akan berbentuk kuat pada ingatan dalam jangka waktu yang sangat lama, anak hanya akan mengingat peristiwa tertentu, sementara peristiwa rutin sehari-hari akan dilupakan begitu saja.

h.      Rendah rasa ingin taunya
Gejala rendahnya rasa ingin tabu pada anak disebabkan oleh pandangan bahwa kebahagiaan atau keberhasilan dapat dicapai dengan santai tanpa berbuat, karena ada nasib atau takdir yang akan menentukan dirinya berhasil atau tidak
Fisik Motorik
Kondisi bermasalah pada aspek fisik motorik, seperti hanya halnya permasalahan
1.      Tangan kidal
Beberapa psikologi berpendapat bahwa penyebab tangan kidal adalah didominasi otak kana dari pada otak kiri sehingga anak cenderung menggunakan tangan kirinya untuk mengeriakan banyak hal.
2.      Berjalan pincang, bahkan berkali satu
Sebagian besar penderita cacat demikian disebabkan oleh faktor eksternal, seperti kecelakaan, menderita penyakit gangs tertentu, kebakaran dan peristiwa buruk lainnya.
3.      Buta, tuli dan bisu
Kondisi cacat fisik lainnya adalah buta, tulis dan bisu. Sedikit berbeda dengan anak-anak penderita cacat fisik pada umumnya yang masih bisa sekolah, maka mereka biasanya masuk ke sekolah luar biasa, bersama anak carat yang lain
4.      Terlalu gemuk
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki berat badannya tidak seimbang, alias terlalu gemuk berpotensi besar terserang penyakit jantung. Akibatnya is akan tersiksa dengan membatasi diri terhadap makanan-makanan yang bergizi tinggi karena takut berat badannya meroket.
5.      Bergambut keriting
Banyak anak-anak bergambut keriting di sekolah tertentu mendapat ejekan. Ejekan yang biasa muncul seperti kebayakan mie, rambut tidak pernah disisir, rambut gimbal dan sebagainya.
B.     Masalah Pribadi
Perilaku bermasalah pada masalah pribadi pada peserta didik di SD, contohnya anak nakal, sombong/congkak, suka membantah perimah orangtua dan guru, kikir, iri/dengki, sulit diajak belajar beribadah, keras kepala, terpengaruhi ritual agama lain.
1)      Anak nakal
Kata nakal merupakan cermin dari perilaku penyimpang dari alai dan kebiasaan yang berlaku. Anak nakal adalah anak yang mempunyai perilaku menyimpang dari adat dan kebiasaan, bahkan tatanan moral yang berlaku.
2)      Sombong dan congkak
Sikap merendah dan mengejek teman-temannya adalah sikap yang tidak terpuji, lagi menyakitkan bagi orang lain. Dalam pandangan konseling behavior, sikap sombong dan congkak tersebut disebabkan oleh kesalahan dalam penyesuaian diri  dengan lingkungannya. Akibat dari sikap sombong dan congkak ini adalah keterasingan anak karena akan dijauhi teman‑ temannya karena merasa dijauhi, ia akan menaruh rasa benci kepada siapapun yang jauh darinya.
3)      Suka membantah perintah orang tua dan guru
Bentuk prilaku bermasalah anak-anak apa aspek moral-keagamaan yang lain adalah sifat membengkak atau membantah perintah orang tua maupun guru.
Contoh : anak membantah ketika disuruh segera mandi, membelok ketika disuruh belajar, acuh ketika diminta tolong membantu pekerjaan-pekerjaan ringan di rumah.
4)      Keras kepala
Perilaku bermasalah pada aspek moral-keagamaan lainnya sifat atau perilaku keras kepala. Keras kepala adalah sifat menolak kebenaran yang datangnya dari luar dirinya.
5)      Kikir, iri dan dengki
Kikir adalah sifat sayang terhadap benda atau harta kekayaan secara berlebihan dan tidak mau berbagi sedikit pun terhadap temannya.
Contohnya : is mempunyai mobil-mobilan, fungsi barang ini untuk bermain, tetapi anak kikir biasanya tidak menggunakannya sebagaimana mestinya. la hanya menyimpan dan mengoleksinya, alasan takut rusak dan takut dipinjam orang lain.
6)      Sulit diajak belajar beribadah
Dalam perspektif moral-keagamaan anak-anak yang susah diajak beribadah merupakan anak yang memiliki perilaku bermasalah paling takut sebab ibadah merupakan kunci bagi moralitas seseorang.
7)      Terpengaruh ritual agama lain
Fenomena klasik yang telah lama berjalan namun hingga saat dianggap tabu adalah terpengaruhnya anak-anak terhadap ritual  agama lain yang dipraktikan teman-teman yang berbeda agama.
C.    Masalah Penyesuaian Sosial
Sosio emosional (perilaku asosial)
Berikut ini adalah pembahasan secara lebih detail mengenai perilaku bermasalah pada aspek sosio emosional.
a.       Pendiam, pemalu dan minder
Perilaku pendiam, pemalu, dan minder. Semua sikap ini bukan perilaku bermasalah melainkan kegagalan identitas seseorang dalam pandangan konseling realitas, sikap-sikap tersebut disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan dasar yakni cita dan penghargaan.
b.      Citra diri (self esteem) yang negatif
Citra diri yang negatif adalah perilaku anak yang mempersepsikan dirinya secara negatif. Sekedar contoh anak beranggapan bahwa dirinya tidak cerclas tidak tangkas, tidak kuat, penakut dan citra diri negatif lainnya.
c.       Egois
Perilaku egois merupakan bentuk lain dari kegagalan identitas. Egois adalah mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain.
d.      Sulit berteman (bersosialisasi)
Bentuk lain dari kegagalan identitas adalah gejala sulitnya berteman diantara anak-anak yang lainnya.
e.       Menolak realitas (suka membuat kegaduhan)
Kesenangan anak untuk membuat kegaduhan di dalam kelas dengan cara mencelakakan temannya. Hal ini disebabkan oleh penolakannya terhadap realitas yang terjadi di dalam kelasnya.
f.       Tidak objektif
Obyektif adalah sikap yang menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.
g.      Membenci guru tertentu
Perilaku bermasalah pada usia dini yang lazim dijumpai adalah membenci guru tertentu di sekolahnya. Perilaku bermasalah itu ini adalah bentuk lain dari kegagalan identitas anak didik.
D.    Masalah akademik
Masalah belajar adalah kondisi tertentu yang dialami oleh seseorang murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga dijumpai adalah:
1.      Keterlambatan akademik
Yaitu murid-murid yang tampaknya memiliki intelegensi normal tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara baik.
2.      Lambat belajar
Yaitu murid-murid yang tampak memiliki kemampuan yang kurang memadai. Mereka memiliki IQ sekitar 70-90 sehingga perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bantuan khusus.
3.      Penempatan kelas
Yaitu murid-murid yang umur, kemampuan, ukuran, dan minat-minat sosial yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditempatinya.
4.      Kurang motifasi dalam belajar
Yaitu murid-murid yang kurang semangat dalam belajar. Mereka tampak jera dan malas.
E.     Masalah di lapangan dan solusi
Masalah
1.      Kehadiran di sekolah
Yaitu murid-murid yang tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.
2.      Sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar
Yaitu murid-murid yang kegiatan atau perbuatan belajarnya berlawanan atau tidak sesuai suka dengan yang seharusnya. Seperti menunda-nunda tugas, belajar pada saat ujian saja.
Solusi
1.      Diagnostik mengatasi kesulitan belajar
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya.
Menghadapi masalah itu, ada kecenderungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. la tidak tabu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat.
2.      Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya

PELAKSANAAN PELAYANAN BK DI SD


A.    Pelaksanaan Pelayan Bimbingan Dan Konseling Di SD Kelas I Dan II
1.      Layanan Bimbingan Dan Konseling
Masing-masing layanan bimbingan. dan konseling menyangkut berbagai materi yang termuat di dalam keempat bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karier.
1.      Layanan Orientasi dan Informasi
Layanan orientasi dan informasi di Kelas I dan II SD terutama sekah diselenggarakan terhadap orang tua siswa agar para orang tua itu memahami kondisi dan tuntutan sekolah. Dengan pemahaman seperti itu orang tua diharapkan akan bekerja sama dan membantu sekolah demi keberhasilan pendidikan anak-anak mereka.
a.      Materi Layanan Orientasi dan Informasi
Materi layanan orientasi dan informasi di kelas-kelas rendah SD itu terutama adalah :
a.       Materi bimbingan pribadi
1)      informasi tentang fasilitas penunjang ibadah ke­agamaan yang ada di sekolah dan tuntutan sekolah akan kegiatan ibadah anak-anak;
2)      informasi tentang hak dan kewajiban siswa SD karena anak masih amat tergantung pada orang tua, maka hak dan kewajiban ini pada umumnya dilimpahkan kepada orang tua.
3)      informasi tentang tuntutan akan kebersihan dan kesehatan, seperti pakaian seragam dan kebersihan­nya, makan pagi dan jajan di sekolah, buang air, dsb.
b.      Materi bimbingan sosial
a)      informasi tentang peraturan dan tata tertib sekolah, seperti disiplin mengikuti pelajaran, upacara bendera, masuk dan keluar ruang kelas, dsb.
b)      informasi tentang tata pergaulan dan hubungan sosial, misalnya: bagaimana mengucapkan salam, menyapa kawan, menyapa guru, meminta izin melakukan sesuatu, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, dsb.
c)      informasi tentang kebiasaan saling menyayangi dan saling membantu.
d)     informasi tentang kebiasaan antri secara tertib.
e)      informasi tentang adanya kegiatan ekstra kurikuler yang menunjang pengembangan sosial siswa, seperti Kepramukaan, dan bagaimana mengikuti kegiatan tersebut.
c.       Materi bimbingan belajar
(a)    informasi tentang kurikulum SD, yang meliputi
-          tujuan pendidikan SD.
-          mata pelajaran di SD.
-          sistem dan pendekatan proses belajar, baik di kelas maupun di luar kelas (di rumah).
-          sistem ulangan, penilaian, rapor, dan kenaikan kelas
-          pelayanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah.
(b)   informasi tentang jam belajar di sekolah.
(c)    informasi tentang fasilitas belajar yang ada di sekolah, seperti perpustakaan, sarana olah raga.
(d)   informasi tentang kegiatan belajar yang dituntut dari siswa.
(e)    informasi tentang perlunya pengembangan kreativitas anak.
(f)    informasi tentang peranan orang tua membantu anak belajar (di rumah).
d.      Materi bimbingan karier
1)      gambaran tentang perlunya bekerja untuk mencari nafkah.
2)      penghargaan terhadap segenap jenis pekerjaan.
3)      gambaran tentang orang-orang yang rajin bekerja dan hasil-hasil yang mereka peroleh.
b.      Pelaksanaan Layanan Orientasi dan Informasi
Layanan orientasi dan informasi yang diberikan kepada orang tua diselenggarakan melalui pertemuan langsung antara para orang tua dengan Guru Kelas, minimal pada setiap awal catur wulan pertama; sedangkan yang langsung diberikan kepada siswa dapat dilakukan melalui berbagai cara dan/atau bentuk kegiatan : 
-          Dalam kegiatan di luar kelas, seperti dalam upacara, ketika berbaris hendak memasuki ruang kelas, ketika menye­lenggarakan kegiatan ekstra-kurikuler, dsb.
-          Dalam kegiatan di kelas, seperti pengaturan duduk dengan tertib, berdoa sebelum mulai pelajaran, mengikuti pelajaran, cara yang baik bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan kawan dan merespon secara baik jawaban kawan, memakai alat belajar, dsb.
-          Dalam penyelenggaraan mata pelajaran tertentu, seperti tata cara pergaulan diinfusikandalam pelajaran PMP, Bahasa Indonesia; gambaran tentang perlunya bekerja diinfusikan ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia, IPS yang menyangkut lingkungan sosial, Berhitung, dsb.
-          Dalam kesempatan khusus yang sengaja diadakan oleh guru, seperti penjelasan tentang kegiatan belajar sehari­-hari, pekerjaan rumah, tugas-tugas piket harian, dsb.
-          Dalam kesempatan insidentil kepada siswa tertentu tentang sesuatu hal yang timbul waktu itu, seperti mengucapkan salam, cara memasuki ruangan, kerapihan dan kebersihan pakaian, memakai kamar kecil, dsb. (Cara­cara dan bentuk kegiatan tersebut dapat bervarasi dan dimodifikasi sesuai dengan materi bimbingan yang diberikan dan kondisi yang ada pada waktu itu).
-          Informasi berisi materi bimbingan karier dapat diberikan melalui cerita baik secara lisan maupun tulisan.
Cara-cara dan bentuk kegiatan tersebut di atas bervariasi dan dimodifikasi sesuai dengan materi yang diberikan dan kondisi serta kelengkapan yang ada pada waktu itu.
2.      Layanan Penempatan/Penyaluran
Layanan penempatan/penyaluran diselenggarakan untuk melayani para siswa sesuai dengan potensi, bakat, minat, serta kondisi pribadinya. Dalam kelompok belajar misalnya, para siswa dikelompokkan sesuai dengan kecepatan belajarnya. Di dalam kelas, para siswa ada yang didudukkan di belakang, di depan, di samping kiri atau kanan, berdampingan dengan si A, si B, dan seterusnya. Posisi duduk masing-masing siswa itu setiap kali perlu mendapat perhatian Guru Kelas, agar kondisi pribadi dan perkembangan mereka memperoleh pelayanan dan penyaluran yang tepat.
Demikian juga penempatan/penyaluran para siswa ke dalam kelompok bermain, kelompok piket harian, kelompok kegiatan ekstra kurikuler perlu mendapat perhatian sepenuhnya dari Guru Kelas dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling.
a.       Materi Layanan penempatan/penyaluran
Materi-materi dalam layanan penempatan/penyaluran untuk para siswa Kelas I dan II SD meliputi pokok-pokok berikut :
(1)   Materi bimbingan pribadi
a)      Penempatan siswa pada posisi duduk di dalam kelas dengan memperhatikan jenis kelamin, besar badan, kemampuan melihat dan mendengar, keberanian dan "keagresifan", dan karakteristik pribadi lainnya. Posisi duduk ini hendaknya setiap kali (minimal setiap cater wulan) diubah.
b)      Penempatan/penyaluran siswa ke dalam kelompok dengan mempertimbangkan kecepatan belajar, misalnya ada kelompok "cepat", "sedang", dan "lambat". (Untuk keperluan lain dapat pula dibentuk "kelompok campuran" agar siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai).
c)      Penempatan/penyaluran siswa ke dalam kelompok dengan mempertimbangkan minat siswa, seperti kelompok untuk kegiatan keagamaan (misalnya belajar mengaji, kepramukaan, kesenian, olah raga, dsb)
(2)    Materi bimbingan sosial
a)      Penempatan/penyaluran siswa ke dalam kelompok untuk membina kerjasama dan setia kawan seperti gotong royong, piket harian, menjenguk kawan sakit, belajar memahami lingkungan sekitar, dsb.
b)      Penempatan secara khusus siswa yang mengalami keterlambatan atau penyimpangan sosial atau rendah diri ke dalam kelompok yang secara khusus dibentuk untuk membantu pengembangan kemampuan sosial siswa tersebut.
(3)   Materi bimbingan belajar
a)      penempatan siswa ke dalam kelompok belajar dengan mempertimbangkan materi program pengayaan dan pengajaran perbaikan yang diperlukan siswa.
b)      penempatan siswa ke dalam kelompok belajar yang secara bersama-sama mempergunakan alat dan/atau bahan belajar yang sama (misalnya satu buku dipakai bersama-sama oleh lima orang siswa).
Catatan:     Pengelompokan siswa ke dalam kelompok belajar "cepat, sedang, dan lambat", serta "campuran", sejalan dengan materi bimbingan belajar pada bagian ini.
(4)   Materi bimbingan karier
(Untuk siswa Kelas I dan II SD belum ada layanan penem­patan/ penyaluran dalam bimbingan karier).
b.      Pelaksanaan Layanan Penempatan/Penyaluran
Layanan penempatan/penyaluran tersebut secara langsung dilaksanakan oleh Guru Kelas, baik untuk kegiatan-kegiatan siswa di dalam kelas, maupun di luar kelas. Penempatan/ penyaluran siswa pada satu posisi, kelompok atau kegiatan tertentu tidak harus berlaku untuk waktu yang lama (misalnya selama satu cawu atau lebih), melainkan sesuai dengan kepentingan dilakukannya penempatan/penyaluran tersebut. Sesuai dengan kepentingannya penempatan/penyaluran itu sewaktu­-waktu dapat diubah/ditukar.
3.      Layanan Pembelajaran
Layanan pembelajaran bermaksud mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar siswa serta meningkatkan seoptimal mungkin hasil belajar mereka. "Belajar" di sini dimaksudkan tidak semata-mata berkaitan dengan materi mata pelajaran saja, melainkan menyangkut pengembangan keseluruhan pribadi masing-masing siswa secara utuh.
a.      Materi Layanan Pembelajaran
Materi layanan pembelajaran di Kelas I dan II meliputi pokok-pokok berikut :
(1)   Materi bimbingan pribadi
(a)    upaya memantapkan sikap dan kebiasaan siswa untuk menunaikan ibadah agama, seperti menunaikan ibadah shalat tepat waktu bagi siswa yang beragama Islam, dsb.
(b)   upaya mengembangkan sikap siswa bahwa belajar itu menyenangkan.
(c)    upaya mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa rajin belajar.
(d)   Upaya mengembangkan sikap siswa untuk mem­peroleh hasil belajar (nilai) yang setinggi-tingginya atas usaha sendiri.
(e)    upaya mengembangkan sikap siswa dalam memelihara dan memanfaatkan alat-alat belajar dengan sebaik-baiknya.
(f)    upaya mengembangkan sikap siswa bahwa dirinya mampu belajar dengan baik.
(g)   upaya mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa dalam menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri, misalnya selalu memperhatikan apakah yang akan dimakan itu bersih atau tidak, pakaiannya bersih atau t idak bagaimana membersihkan kotoran yang ada pada diri sendiri, dsb.
(2)   Materi bimbingan sosial
(a)    upaya mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dengan baik, misalnya berkomunikasi dengan kata-kata yang baik (bukan kata-kata yang jorok orok atau kasar), dengan kalimat yang lancar (tidak gagap).
(b)   Upaya mengembangkan keberanian siswa berbicara dengan orang lain, baik teman sebaya, anak yang lebih besar, maupun orang dewasa  layanan ini amat diperlukan bagi siswa-siswa yang rendah diri atau terisolasikan dari kawan-kawannya.
(c)    upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam penggunaan atribut hubungan sosial yang paling awal, seperti mengucapkan salam, mengucapkan terima kasih apabila menerima sesuatu, meminta maaf apabila melakukan sesuatu yang salah, meminta izin untuk melakukan sesuatu yang khusus, dsb.
(d)   upaya mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa untuk menyayangi sesama teman.
(e)    upaya mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa hormat kepada orang tua dan orang dewasa lainnya.
(f)    upaya mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa mematuhi peraturan-peraturan, seperti peraturan sekolah, peraturan lalu lintas, peraturan di rumah, dsb.
(g)   upaya mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa memelihara dan melestarikan lingkungan, seperti memelihara bunga-bunga di halaman sekolah, menjaga kebersihan lingkungan (antara lain membuang sampah di tempatnya, membersihkan meja, kursi, lantai, almari, dinding, dan berbagai alat yang kotor), memelihara benda-benda dan peralatan dengan, cermat, menyayangi binatang, dsb.
(3)   Materi bimbingan belajar
(a)    upaya menyajikan materi pengayaan kepada siswa yang cepat belajar dalam mata pelajaran tertentu.
(b)   upaya penyajian pengajaran perbaikan bagi siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam mata pelajaran tertentu.
(c)    upaya meningkatkan gairah belajar, misalnya dengan mengadakan lomba sederhana hasil karangan dan gambar anak-anak, dsb.
(d)   upaya meniadakan faktor-faktor yang menyebabkan siswa-siswa lambat atau kurang gairah dalam belajar, seperti suasana kelas kurang nyaman dan tidak menyenangkan, suasana hubungan sosio-emosional antar teman sekelas yang kurang menyenangkan, hubungan sosio-emosional di rumah kurang menyenangkan, kemampuan fisik menurun karena tidak makan pagi atau kekurangan gizi, dsb.
(4)   Materi bimbingan karier
(Siswa Kelas I dan II SD belum mempelajari karier ter­tentu, sehingga layanan pembelajaran untuk bimbingan karier belum diselenggarakan).
b.      Pelaksanaan Layanan Pembelajaran
Berbeda dari layanan orientasi dan informasi yang di­berikan melalui penjelasan atau uraian, maka layanan pembelajaran lebih berupa tindakan atau upaya langsung dari Guru Kelas terhadap para siswanya, baik dalam bentuk petunjuk, nasehat, ajakan, perintah, pemberian contoh ataupun latihan- latihan tertentu. Para siswa diberi petunjuk, nasehat, perintah, ajakan, contoh-contoh dan/atau latihan agar mereka benar-benar belajar sehingga pada diri siswa itu secara perorangan tertanam sikap dan kebiasaan yang dimaksudkan dan tercapai hasil belajar yang optimal, tidak hanya dalam kaitannya dengan mata pelajaran di kelas yang bersangkutan tetapi juga hal-hal lain yang diperlukan dalam pengembangan diri secara utuh.
Pelaksanaan layanan pembelajaran tersebut dapat dilakukan di dalam kelas, baik dalam kaitannya dengan pelajaran tertentu ataupun terlepas dari sesuatu mata pelajaran, dan dapat pula dilakukan di luar kelas.
2.      Kegiatan Pendukung Bimbingan Dan Konseling
1.      Aplikasi Instrumentasi dan Himpunan Data
Aplikasi instrumentasi (baik tes mau pun non-tes) yang secara langsung dikenakan kepada para siswa hampir-hampir tidak ada, kecuali untuk siswa terte.itu yang memerlukan pengungkapan data khusus, misalnya perlu dites inteligensinya. Tes inteligensi itupun tidak diselenggarakan oleh Guru Kelas, melainkan oleh Guru Pembimbing atau ahli lain yang berkewenangan untuk itu.
Instrumen berupa angket ada yang perlu diisi oleh orang tua siswa, yaitu terutama yang menyangkut :
a.       identitas pribadi siswa.
b.      latar belakang rumah dan keluarga.
c.       sejarah kesehatan siswa.
Hasil pengisian angket itu kemudian disimpan dalam bentuk himpunan data. Himpunan data ini selanjutnya dipelihara dan dikembangkan sehingga memuat berbagai keterangan penting tentang siswa yang bersangkutan. Selanjutnya, himpunan data itu dilengkapi dengan:
a.       nilai-nilai hasil belajar.
b.      kegiatan ekstra-kurikuler.
2.      Konferensi Kasus
Konferensi kasus perlu diselenggarakan untuk membahas permasalahan siswa yang memerlukan keterangan dan penanganan lebih luas. Konferensi kasus ini diselenggarakan oleh Guru Kelas dengan mengundang orang tua siswa, Kepala Sekolah, dan jika diperlukan mengikutsertakan pula guru kelas lain, guru agama, dan guru penjaskes yang mengajar siswa tersebut, serta seorang Guru Pembimbing dari SUP atau SLTA terdekat. Hasil konferensi kasus ini dipergunakan oleh Guru Kelas untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling lebih lanjut terhadap siswa yang bersangkutan.
3.      Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah perlu dilaksanakan oleh Guru Kelas apabila untuk permasalahan siswa yang sedang ditangani diperlukan keterangan lebih jauh dari dan tentang orang tuanya Serta tentang kondisi keluarganya, dan/atau Guru Kelas ingin menyampaikan sesuatu kepada orang tua siswa tentang permasalahan anaknya itu. Hasil kunjungan rumah dapat dipergunakan oleh Guru Kelas untuk melanjutkan pelajarannya terhadap siswa yang bersangkutan. Lebih jauh, dengan kunjungan rumah itu orang tua dapat diajak bekerja sama untuk mengentaskan permasalahan siswa tersebut.
Kegiatan kunjungan rumah dapat diganti dengan pemanggil­an orang tua ke sekolah. Namun demikian, kunjungan rumah secara langsung akan lebih menguntungkan, karena penerimaan orang tua terhadap guru di rumahnya sendiri akan lebih akrab sehingga lebih memungkinkan dijalinnya kerja sama. Di samping itu, kunjungan I memungkinkan rumah lebih memungkinkan Guru Kelas melihat secara langsung dan memahami lebih mendalam suasana rumah dan keluarga siswa yang sedang dibimbingnya itu.
4.      Alih Tangan Kasus Tangan kasus
Alih Tangan kasus dilaksanakan apabila Guru Kelas merasa kurang berkemampuan menangani permasalahan siswanya. Pertama-tama alih tangan dilakukan kepada Kepala Sekolah. Apabila penanganan masalah itu belum tuntas juga alih tangan dapat dilakukan kepada salah seorang Guru Pembimbing dari SLIP/SETA terdekat- Satu hal yang perlu mendapat perhatian ialah bahwa alih tangan itu perlu sepengetahuan dan terlebih dahulu mendapat izin dari orang tua siswa.
Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di SD : Kelas III Dan IV
A.    Layanan Bimbingan Dan Konseling
1.      Layanan Orientasi dan Informasi
a.      Materi Layanan Orientasi dan Informasi
Materi orientasi dan informasi di Kelas III dan IV SD pertama-tama merupakan pemantapan dari materi pelayanan di kelas sebelumnya- Lebih jauh, materi tersebut ditingkatkan dan diperluas sehingga mencakup pokok-pokok berikut :
(1)   Materi bimbingan pribadi
a.       pemantapan materi di Kelas I dan II.
b.      informasi tentang perlunya mengenal dan menerima diri sendiri sebagaimana adanya.
c.       informasi (sederhana) tentang hidup sehat dan cas­cara menyelenggarakannya.
(2)   Materi bimbingan sosial
a.       pemantapan materi di Kelas I dan III.
b.      Informasi tentang perlunya bergaul berdasarkan aturan, nilai-nilai mama dan sopan santun akibat-akibat van- timbul apabila hal-hal itu dilanggar.
c.       informasi tentang perlunya pergaulan dengan Leman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
(3)   Materi bimbingan belajar
a.       pemantapan materi di Kelas I dan IT.
b.      informasi tentang mata pelajaran dan kegiatan lainnya yang perlu dikembangkan di Kelas III atau Kelas IV.
c.       informasi tentang pengaturan jadwal kegiatan belajar (baik di sekolah maupun di rumah), kegiatan olah raga, latihan keterampilan, dan kegiatan ekstra kurikuler, sesuai dengan tingkat kelasnya (Kelas III atau Kelas IV).
d.      informasi tentang fasilitas sumber dan alat bantu belajar termasuk alat olah raga, yang ada di Kelas III atau Kelas IV dan bagaimana memanfaatkannya.
e.       informasi tentang bagaimana mencatat secara baik materi pelajaran dari guru.
f.       informasi tentang bagaimana mempersiapkan diri dan mengikuti pelajaran di dalam kelas, belajar sendiri, belajar kelompok, dan mengerjakan tugas-tugas.
g.      informasi tentang syarat-syarat naik kelas dan apa akibatnya kalau tidak naik kelas.
(4)   Materi bimbingan karier
a.       pemantapan materi di Kelas I dan II.
b.      informasi tentang perlunya memperoleh penghasilan dui pengembangan karier.
c.       informasi awal dan sederhana tentang pekerjaan dan usaha-usaha memperoleh penghasilan, misalnya untuk pekerjaan biding pertanian (seperti bekerja di sawah dan lading), berjualan di pasar dan kaki lima, dan usaha angkutan sederhana.

b.      Pelaksanaan Layanan Orientasi/Informasi
Berbeda dari keadaannya di Kelas I dan Kelas II, materi orientasi dan informasi di Kelas III dan Kelas IV lebih meluas dan mendalam. Informasi tentang keadaan sekolah bersifat pendalaman mengikuti pengalaman siswa di kelas-kelas sebelumnya. Seining dengan hal tersebut, peranan orang tua tidak lagi sepenting ketika para siswa baru saja memasuki SD. Di Kelas III dan IV informasi dapat langsung diberikan oleh Guru Kelas kepada siswa dan siswa itu langsung menerima dan memahami berbagai informasi itu sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
Lebih jauh, karena pemahaman siswa sudah bertambah luas dan kemampuan berbicarapun telah meningkat. maka untuk sesama siswa sudah dapat dimulai kegiatan saling memberikan informasi. Misalnya informasi tentang kebersihan lingkungan sekolah, tentang temannya yang sakit, tentang keadaan keluarga, tentang keadaan lingkungan rumahnya. dsb. Informasi Lang diberikan oleh, siswa untuk siswa itu kemudian dikoreksi (kalau ada yang keliru), diperjelas, di perluas, dan dipercaya Guru Kelas.
2.      Layanan Penempatan/Penyaluran
a.      Materi layanan penempatan/penyaluran
Layanan penempatan/penyaluran di Kelas III dan IV mengikuti pula pola yang sama dengan layanan sejenis di kelas-kelas sebelumnya. Materinyapun tidak jauh berbeda, yaitu:
(1)   Materi bimbingan pribadi
Penempatan/penyaluran siswa ke
(a)    posisi duduk di dalam kelas yang sesuai dengan kondisi pribadinya.
(b)   dalam kelompok sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya
(c)    dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti kepramukaan, kesenian, olah raga, dan sebagainya.
(2)   Materi bimbingan sosial Penempatan/penyaluran siswa ke
(a)    dalam kelompok kegiatan sebaya, sehingga siswa mampu saling memberi dan menerima serta berkomunikasi secara dinamis, kreatif dan produktif, seperti kelompok diskusi, karyawisata, dan sebagainya.
(b)   dalam kegiatan kesiswaan, seperti kepengurusan kelas, kegiatan sosial, dan sebagainya.
(3)   Materi bimbingan belajar Penempatan/penyaluran siswa ke
(a)    dalam kelompok belajar pada umumnya, tanpa membedakan kemampuan siswa.
(b)   dalam kelompok belajar dan latihan yang didasarkan
pada kemampuan belajar, bakat, dan minat siswa.
(c)    dalam program pengajaran khusus sesuai dengan kebutuhan siswa (pengajaran perbaikan atau pro­gram pengayaan).
(d)   kegiatan penyiapan din untuk mengikuti ulangan dan/ atau ujian kenaikan kelas.

(4)   Materi bimbingan karier
(Layanan penempatan/penyaluran dalam kaitannya dengan bimbingan karier di Kelas III dan IV belum ada).
b.      Pelaksanaan Layanan Penempatan/Penyaluran
Penempatan/penyaluran siswa di kelas III dan IV pada dasarnya sama dengan hal tersebut di kelas-kelas sebelumnya. Sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa-siswa Kelas III dan IV sudah dapat diajak berbicara tentang kemungkinan dan rencana penempatan/penyaluran yang akan dilakukan oleh Guru Kelas.
3.      Layanan Pembelajaran.
a.      Materi layanan pembelajaran
Layanan pembelajaran di Kelas III dan IV pada umumnya merupakan peningkatan dari layanan sejenis di kelas-kelas sebelumnya. peningkatannya itu mencakup materi-materi yang berkaitan dengan mata-mata pelajaran yang diikuti di Kelas III dan IV dan aspek-aspek pengembangan pribadi siswa secara menyeluruh. Materi-materi tersebut pada pokoknya adalah :
(1)   Materi bimbingan pribadi
(a)    pemantapan materi di Kelas I dan II.
(b)   pengungkapan diri siswa apa adanya, pengalaman­-pengalamannya, hal-hal yang disukainya, keinginan dan cita-citanya.
(c)    pengungkapan diri siswa tentang keberhasilannya dalam belajar dan hal-hal yang menghalanginya dalam belajar.
(d)   pengungkapan diri siswa tentang kesehatannya dan hal-hal vang menyebabkan kesehatannya terganggu.
Catatan : Dalam pengungkapan diri siswa Itu suasana harus benar-benar dijaga agar respon yang timbul, baik dari siswa lain maupun guru, tidak ada yang negatif (menertawakan atau meremehkan), tetapi justru harus sebaliknya, guru dan siswa memberikan respon penuh pengertian dan positif (memberikan penguatan).
(2)    Materi bimbingan sosial
(a)    pemantapan materi di Kelas I dan II.
(e)    Upaya penilaian dan perbaikan terhadap penampilan pergaulan siswa yang melanggar atau tidak sesuai dengan aturan, nilai agama, dan sopan santun, baik dalam pergaulan sesama siswa, dengan guru, maupun dengan teman sebaya lain dan orang dewasa lain.
Catatan : Dalam penilaian dan perbaikan itu harus dihindari respon (baik dari guru atau siswa lain) atau tindakan negatif, meremehkan, marah atau menghukum. Respon yang diberikan haruslah sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengertian, pemahaman dan kehendak yang murni (dari dalam hati) untuk menampilkan pergaulan yang lebih baik.
(3)   Materi bimbingan belajar
(a)    pemantapan materi di Kelas I dan II.
(b)   bantuan terhadap siswa dalam mengatur jadwal kegiatan belajar (baik disekolah maupun di rumah), kegiatan olah raga, dan kegiatan lainnya.
(c)    bantuan kepada siswa menemukan dan memanfaatkan sumber dan alat bantu belajar yang diperlukan
(d)   bantuan kepada siswa untuk memperbaiki buku catatan pelajarannya.
(e)    bantuan kepada siswa dalam kegiatan belajar sendiri, belajar kelompok, dan mengerjakan tugas-tugas.
Catatan: Materi dalam bimbingan belajar ini amat erat kaitannya dengan program pengajaran perbaikan dan pengayaan.
(4)   Materi bimbingan karier
(a)    Pemahaman awal tentang perlunya memperoleh penghasilan dan pengembangan karier.
(b)   Pemahaman awal tentang informasi sederhana berkenaan dengan pekerjaan dan usaha-usaha memperoleh penghasilan (untuk pekerjaan-pekerjaan sederhana yang terdapat di lingkungan para siswa).
b.      Pelaksanaan Layanan pembelajaran
Sesuai dengan perkembangan kemampuan mereka, siswa-siswa Kelas III dan IV SD sudah dapat lebih aktif terlibat di dalam pelayanan bimbingan dan konseling untuk mereka. Sebagaimana dalam pelayanan informasi, dan penempatan/ penyaluran, dalam layanan pembelajaran para siswa dapat lebih menghayati dan lebih aktif mengikuti kegiatan serta terlibat secara aktif dan langsung dalam setiap materi layanan pembelajaran. Dalam keadaan seperti itu Guru Kelas akan lebih mudah menggerakkan para siswa dalam pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya.
B.     KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING
Di Kelas III dan IV SD pelaksanaan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling tidak jauh berbeda dari pelaksanaannya di kelas-kelas sebelumnya.
1.      Aplikasi Instrumentasi dan Himpunan Data
Sesuai dengan kemampuan membaca dan menulis yang sudah cukup berkembang, para siswa sudah dapat mengisi daftar isian sederhana, misalnya tentang mata-mata pelajaran yang disukainya, has-has yang tidak disukainya di sekolah dan di rumah, apa-apa yang disukai dan tidak disukai tentang kawan-kawannya. Demikian juga, peta sosiogram berdasarkan jawaban tertulis para siswa tentang hubungan antar mereka sudah dapat disusun. Hasil karangan dalam berbagai judul yang menggambarkan keadaan, keinginan dan "cita-cita" awal mereka dapat direkam secara tertulis.
Data yang diperoleh dari kegiatan di atas dapat dipergunakan oleh Guru Kelas sebagai dasar bagi diambilnya langkah- langkah pelayanan bimbingan dan konseling untuk jenis layanan tertentu dengan materi yang sesuai dengan pengungkapan para siswa itu. Selanjutnya berbagai data tersebut disimpan dalam himpunan data yang merupakan kelanjutan dari himpunan data masing-masing siswa yang dibawa dari Kelas I ke Kelas II, dan sekarang dipelihara serta dilengkapi di Kelas III dan IV.
Di samping berisi hal-hal tersebut, di atas himpunan data itu diperkaya lagi dengan berbagai catatan anekdot yang dapat direkam dan dikumpulkan dari waktu ke waktu.
2.      Konferensi Kasus
Sama dengan kegiatan sejenis di Kelas I dan II.
3.      Kunjungan Rumah
Pada dasarnya sama dengan kegiatan kunjungan rumah untuk Kelas I dan II; perbedaannya ialah bahwa siswa Kelas III dan IV sudah mulai dapat diajak mempersiapkan kunjungan rumahnya dan diajak membicarakan hasil kunjungan rumah itu. Dengan demikian siswa yang bersangkutan dapat dilibatkan secara langsung dilibatkan dalam proses kunjungan rumah dan pembicaraan hasil­-hasilnya untuk kepentingan pemecahan masalah siswa yang bersangkutan.
4.      Alih Tangan Kasus
Hampir sama dengan proses alih tangan kasus untuk siswa-­siswa Kelas I dan II perbedaaannya terletak pada dimungkinkan­nya Guru Kelas membicarakan terlebih dahulu rencana alih tangan kasus itu kepada siswa yang bersangkutan. Siswa tersebut dapat saja menolak rencana alih tangan itu. Apabila penolakan terjadi maka Guru Kelas perlu membicarakan rencana tersebut secara lebih mendalam dengan siswa, jika perlu dengan mengikutserta­kan orang tuanya, sehingga kunjungan-keuntungan alih tangan itu dapat dipahami dan diterima oleh siswa dan orang tuanya.
Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling  Di SD: Kelas V Dan VI
A.  LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
1.    Layanan Orientasi dan Informasi
a.       Materi Layanan Orientasi dan Informasi
Materi layanan orientasi dan informasi di Kelas V dan VI lebih luas dan berkembang daripada hal yang sama di kelas‑kelas sebelumnya. Materi tersebut meliputi pokok-pokok berikut :
(1)   Materi bimbingan pribadi
(a)    pemantapan materi di Kelas III dan IV.
(b)   orientasi kemampuan mengikuti Kelas V (baru) dan Kelas VI (baru).
(c)    informasi tentang perlunya dan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengenal kemampuan, bakat dan minat, serta bentuk penyaluran dan pengem­bangannya.
(2)   Materi bimbingan sosial
(a)    pemantapan materi di Kelas III dan IV.
(b)   informasi tentang pentingnya tata krama pergaulan dengan teman yang berjenis kelamin sama dan yang berjenis kelamin berbeda.
(c)    informasi tentang perlunya menerapkan nilai-nilai agama, sosial, adat istiadat, budaya dan hokum dalam pergaulan.
(d)   informasi tentang perlunya berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar.
(e)    informasi tentang perlunya memiliki kemampuan yang baik dalam mengemukakan pendapat.
(3)   Materi bimbingan belajar
(a)    pemantapan materi di Kelas III dan IV
(b)   orientasi belajar di Kelas V (baru) dan Kelas VI (baru)
(c)    informasi tentang mata pelajaran dan kegiatan lainnya yang perlu dikembangkan di Kelas V atau VI.
(d)   informasi tentang pengaturan jadwal kegiatan belajar (baik di sekolah. maupun di rumah). kegiatan olah raga, latihan keterampilan, pelajaran tambahan, dan kegiatan ekstra-kurikuler. sesuai dengan tingkatan kelasnya (Kelas V atau Kelas VI).
(e)    informasi tentang fasilitas somber dan alai bantu belajar, termasuk alat-alat olah raga, yang ada di Kelas V atau VI, dan bagaimana memanfaatkannya.
(f)    informasi tentang bagaimana mencatat materi pelajaran dari guru secara efektif dan efisien, serta bagaimana membuat ringkasan pelajaran.
(g)   informasi tentang bagaimana belajar di tempat latihan keterampilan, dan di lapangan olah raga.
(h)   informasi tentang bagaimana membaca buku secara efektif dan efisien, meringkas buku, dan belajar di perpustakaan.
(i)     informasi bagaimana mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian, menjawab soal-soal ujian, serta mengikuti EBTA dan EBTANAS. informasi tentang syarat-syarat lulus SD dan apa akibatnya kalau tidak lulus SD.
(j)     informasi tentang syarat-syarat memasuki dan mendaftarkan diri untuk masuk SLTP atau sekolah yang sederajat.
(k)   Informasi tentang sekolah lanjutan yang dapat dimasuki oleh lulusan SD pada umumnya dan orien­tasi keadaan sekolah-sekolah tersebut yang terdapat di sekitar SD yang bersangkutan.
(4)   Materi bimbingan karier
(a)    pemantapan materi di Kelas III dan IV.
(b)   informasi lanjutan dan lebih kompleks tentang pekerjaan dan usaha-usaha memperoleh penghasilan, misalnya pekerjaan-pekerjaan pertanian yang lebih luas, pekerjaan di industri dan perusahaan, usaha perdagangan yang lebih luas (toko, bank, asuransi, dsb), usaha angkutan yang lebih luas (transport antar­kota, pelayaran, penerbangan), serta berbagai pekerjaan yang bersifat keahlian (seperti guru, dokter, insinyur, dsb).
(c)    informasi tentang Saling ketergantungan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain serta hubungannya dengan konsumen.
(d)   informasi tentang kemampuan khusus yang diperlukan untuk menjabat pekerjaan tertentu  untuk ini diperlukan bakat, minat, dan keterampilan tertentu.
(e)    informasi tentang diperlukannya keuletan dan ketabahan dalam mengejar dan mengembangkan karier tertentu untuk ini diperlukan pertimbangan Yang hati-hati dan matang untuk memilih pekerjaan atau karier tertentu.
(f)    informasi tentang diperlukannya berbagai informasi Yang tepat berkenaan dengan pemilikan pekerjaan atau karier.
(g)   informasi awal tentang sekolah lanjutan yang berkaitan dengan cita-cita karier tertentu.
b.      Pelaksanaan Layanan Orientasi dan Informasi
Butir-butir di atas menggambarkan bahwa layanan orientasi dan informasi di kelas-kelas tinggi SD memang lebih kompleks. Untuk menyelenggarakan layanan seperti itu seringkali Guru Kelas tidak sepenuhnya mampu. Guru Kelas perlu mendatangkan nara sumber dari luar sekolah. Peranan Kepala Sekolah dalam mendatangkan nara sumber itu amat menentukan. Demikian juga, para siswa (khususnya Kelas VI) dapat dibawa untuk meninjau (melakukan orientasi) ke SLTP tempat mereka akan melanjutkan pelajaran, dan ke tempat-tempat kerja sederhana (misalnya industri/ perusahaan kecil).

2.      Layanan Penempatan/Penyaluran
a.       Materi Layanan Penempatan/Penyaluran
Pola dan materi layanan mi- tetap sama dengan layanan sejenis yang di lakukan di Kelas III dan IV, yaitu
(1)   Penempatan/penyaluran ke posisi duduk di dalam kelas, ke dalam kelompok belajar, dan ke dalam kegiatan ekstra­kurikuler (untuk bimbingan pribadi).
(2)   Penempatan/penyaluran ke dalam kelompok kegiatan sebaya dan kegiatan kesiswaan (untuk bimbingan sosial)
(3)   Penempatan penvaluran dalam kelompok belajar, pro­gram pengayaan dan/atau perbaikan, kegiatan penyiap­an diri untuk mengikuti ulangan, ujian, ujian akhir, atau EBTA/EBTANAS.
(4)   Materi bimbingan karier di Kelas V dan VI mendapat peningkatan, yaitu seiring dengan informasi tentang pekerjaan/karier yang diperoleh siswa, maka para siswa hendaknya ditempatkan/disalurkan ke dalam kelompok-­kelompok yang mempelajari :
(5)   berbagai jenis pekerjaan sebagaimana informasinya ingin diperoleh.
(6)   sekolah lanjutan sebagaimana informasinya ingin diperoleh, khususnya dikaitkan dengan aspek-aspek pekerjaan dan/atau karier tertentu.
b.      Pelaksanaan Layanan Penempatan/Penyaluran
Dalam melaksanakan layanan penempatan/penyaluran Guru Kelas perlu membicarakannya dengan siswa yang bersangkutan, tentang alasannya dan keuntungan-­keuntungannya. Apabila siswa menolak, perlu dibicarakan lebih mendalam (kalau perlu dengan mengikutsertakan or­ang tua) sehingga rencana penempatan/penyaluran itu dapat dipakai dan diterima untuk dilaksanakan.
3.      Layanan Pembelajaran
Layanan pembelajaran bermaksud menguatkan sikap dan kebiasaan belajar yang telah terbina sejak Kelas I s.d Kelas IV Serta mendorong lebih jauh lagi penguasaan siswa terhadap berbagai hal yang diperlukan baik yang menyangkut mata pelajaran yang diikutinya maupun aspek-aspek lain dalam kehidupannya sebagai pelajar, anggota. keluarga, warga masyarakat, dan warga negara.
a.       Materi Layanan Pembelajaran
Materi layanan pembelajaran meliputi hal-hal pokok berikut:
(1)   Materi bimbingan pribadi
(a)    pemantapan materi di Kelas III dan IV.
(b)   upaya memahami kekuatan diri siswa dan upaya pengembangannya, dalam kaitannya dengan keber­hasilan belajar.
(c)    upaya memahami kelemahan diri siswa dan upaya pe­nanggulangannya, dalam kaitannya dengan keber­hasilan belajar.
(d)   upaya memahami bakat dan minat siswa serta penyaluran dan pengembangannya, dalam kaitannya dengan keberhasilan yang lebih luas
(e)    upaya (sederhana) bagi siswa untuk merencanakan, menyelenggarakan dan mempertahankan hidup sehat
(2)   Materi bimbingan sosial
(a)    pemantapan materi di Kelas III dan IV.
(b)   upaya analisis dan penilaian terhadap pergaulan siswa dengan teman sebaya dengan jenis kelamin sama atau berbeda,      hasil analisis dan penilaian ini menjadi bahan bagi upaya perbaikannya.
(c)    analisis dan penilaian terhadap bahasa yang dipakai oleh siswa (baik lisan maupun tertulis)  hasil analisis dan penilaian ini menjadi bahan bagi upaya perbaikannya.
(d)   upaya bantuan kepada siswa untuk berani dan mampu mengemukakan pikiran dan pendapat serta argumentasi secara tepat kepada orang lain.
Catatan : Semua hal tersebut di atas ditinjau dari sopan santun dan tata krama, nilai-nilai agama, sosial, adat istiadat, budaya, dan hukum.
(3)   Materi bimbingan belajar
(a)    pemantapan materi di Kelas III dan IV.
(b)   bantuan kepada siswa dalam pengaturan jadwal kegiatan belajar (baik di sekolah maupun di rumah), dan kegiatankegiatan lainnya
(c)    bantuan kepada siswa dalam menemukan dan menggunakan sumber dan alai bantu belajar yang diperlukan (jika perlu sampai mencari di luar sekolah) demi keberhasilan belajarnya.
(d)   bantuan kepada siswa dalam mencatat materi pelajaran dan membuat ringkasan pelajaran.
(e)    bantuan kepada siswa tentang bagaimana belajar di tempat latihan keterampilan, dan di lapangan olah raga
(f)    bantuan kepada siswa dalam hal membaca buku yang efisien, meringkas buku, dan belajar di perpustakaan
(g)   bantuan kepada siswa dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti ulangan dan ujian-ujian.
(h)   kegiatan diskusi tentang kemungkinan tamat dari SD dan memasuki sekolah lanjutan.
(4)   Materi bimbingan karier
(a)    pemantapan materi di Kelas III dan IV.
(b)   diskusi untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang:
(c)    berbagai jenis pekerjaan dan upaya memperoleh penghasilan.
(d)   saling ketergantungan antara berbagai jenis pekerjaan.
(e)    kemampuan khusus untuk pekerjaan tertentu apakah siswa dapat dimungkinkan memiliki kemampuan itu ?
(f)    sekolah lanjutan yang berkaitan dengan cita-cita pekerjaan atau karier.
b.      Pelaksanaan Layanan Pembelajaran
Jelaslah bahwa materi layanan pembelajaran cukup luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penguasaan materi pelajaran semata. Aspek-aspek pengembangan pribadi, hubungan sosial dan arah kecenderungan pekerjaan atau kerier perlu dipelajari dengan baik.
Untuk menyelenggarakan layanan itu Guru Kelas memerlukan bantuan, baik nara sumber ataupun Guru Pembimbing. Di samping itu, Guru Kelas dapat mengaktifkan siswa-siswa yang pandai di kelasnya menjadi "tutor sebaya" untuk membantu kawannya dalam mencapai berbagai materi kegiatan layanan pembelajaran itu. Tutor sebaya itu perlu diberi pengarahan terlebih dahulu oleh Guru Kelas tentang spa yang harus dilakukannya.
4.      Layanan Konseling Perorangan
Layanan konseling perorangan di kelas tinggi SD adalah mungkin dilaksanakan mengingat :
a.       permasalahan yang dialami oleh siswa dapat amat kompleks dan perlu diatasi sendiri dan setuntas mungkin.
b.      siswa sudah mampu mengutarakan diri sendiri dengan. bahasa yang jelas, dan telah mampu pula menangkap dengan bank hal-hal yang dikatakan oleh konselor dalam hubungan konseling.
Masalah-masalah siswa yang mungkin perlu ditangani melalui layanan konseling perorangan dapat beraneka ragam, baik masalah yang menyangkut kedirian siswa, hubungan sosial, masalah belajar, maupun pengembangan karier. Apabila Guru Kelas belum mampu menyelenggarakan konseling perorangan itu, siswa-siswa yang memerlukannya dapat dialihtangankan kepada Guru Pembimbing.
5.      Layanan Bimbingan Kelompok
Dalam bimbingan kelompok sejumlah siswa berkumpul dan melakukan interaksi sosial untuk menerima dan/atau membahas hal-hal yang disampaikan oleh seorang nara sumber. Hal-hal yang disampaikan dan dibahas adalah sesuatu yang berguna bagi para siswa, dan melalui pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam para siswa akhirnya dapat mempergunakan hasil bahasannya itu bagi pengembangan dirinya.
Para siswa Kelas V dan VI sudah mampu terlibat langsung di dalam kegiatan kelompok yang membahas berbagai topik, seperti informasi pekerjaan, upaya mempersiapkan diri untuk ujian, rencana melanjutkan pelajaran ke SUP, keadaan kebersihan lingkungan, dan sebagainya. Dalam kegiatan kelompok itu togas Guru Kelas ialah sebagai pemberi bahan dan/atau perangsang dimunculkannya oleh para siswa topik-topik yang akan dibahas, serta mengarahkan jalannya pembahasan agar secara tepat mencapai sasaran pembicaraan.
Guru Kelas sebagai pemimpin kelompok mengatur lalu lintas pembicaraan, menjembatani berbagai pendapat dan argumentasi yang berbeda, meluruskan isi pembicaraan yang kurang tepat, serta memperluas,  memperkaya dan memantapkan hasil pembicaraan kelompok sehingga keseluruhannya berguna bagi para anggota kelompok itu. Pemimpin kelompok juga perlu men­dorong semua anggota kelompok untuk berani mengemukakan pendapat dan berpartisipasi aktif secara penuh dalam kegiatan kelompok. Dengan aktifitas dalam kelompok, seluruh anggota kelompok akan memperoleh manfaat bagi kemampuan hubungan sosial.
6.      Layanan Konseling Kelompok
Apabila bimbingan kelompok membahas hal-hal yang bersi­fat umum yang menyangkut orang banyak, yaitu topik-topik yang diambil dari luar diri pribadi masing-masing siswa maka konseling kelompok membahas permasalahan pribadi yang dialami atau diderita oleh masing-masing siswa yang menjadi anggota kelompok. Permasalahan pribadi itu satu persatu dikemukakan dalam kelompok oleh siswa si empunya masalah, kemudian dibicarakan bersama oleh seluruh anggota kelompok bagaimana memecahkan masalah pribadi itu. Semua anggota kelompok ikut menyumbang terhadap pemecahan setiap masalah yang dikemukakan itu. Masalah- masalah itu dapat sangat bervariasi, dari masalah-masalah yang kedirian siswa, hubungan sosial, masalah belajar, sampai masalah karier.
Sebagaimana dalam bimbingan kelompok, peranan pembimbing (konselor) dalam konseling kelompok ialah sebagai pembangun suasana kebersamaan untuk memecahkan masalah yang dialami oleh anggota kelompok, mengatur lalu lintas pembicaraan, menjembatani berbagai argumentasi yang berbeda yang tumbuh dalam pembicaraan kelompok, meluruskan, memperkaya dan memantapkan isi pembicaraan yang dihasilkan oleh kelompok, dan menjaga kode etik konseling, khususnya berkenaan dengan asas kerahasiaan. Dengan bimbingan pemimpin kelompok (konselor) masing-masing anggota menyumbangkan berbagai hal yang berharga bagi terentaskannya masalah yang diderita oleh salah seorang anggota kelompok. Apabila kelompok itu berjalan berkelanjutan (setiap kali pertemuan misalnya berlangsung dalam waktu satu/dua jam), maka seluruh masalah yang dialami oleh semua anggota kelompok akan terbicarakan secara tuntas.
Berhubung dengan semakin kompleksnya permasalahan yang mungkin dialami oleh para siswa, konseling kelompok itu tidak mustahil diperlukan bagi siswa-siswa kelas tinggi SD. Apabila Guru Kelas kurang sepenuhnya mampu menyelenggarakan layanan konseling kelompok, Guru Pembimbing dari SLIP/SETA terdekat dapat dimintakan bantuannya.
B.     KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING
1.      Aplikasi Instrumentasi dan Himpunan Data
Siswa-siswa Kelas V dan VI SD telah mampu mengisi berbagai angket sederhana dan mengerjakan berbagai alat ungkap, seperti alat ungkap permasalahan yang dihadapi siswa. Apabila diperlukan mereka juga dapat mengerjakan berbagai tes (misalnya tes intelegensi, tes bakat). Penyelenggaraan berbagai instrumen itu dapat dilaksanakan dengan memakai jasa dari luar sekolah (misalnya Guru Pembimbing). Hasilnya dapat menjadi dasar pertimbangan bagi pelaksanaan layanan tertentu.
Semua data hail instrumentasi di atas selanjutnya dapat melengkapi himpunan data masing-masing siswa yang telah terhimpun dengan membawa serta seluruh himpunan data sejak Kelas I. Dengan demikian himpunan data siswa Kelas VI secara ideal akan meliputi
a.       identitas pribadi siswa.
b.      latar belakang rumah dan orang tua.
c.       sejarah arah kesehatan siswa.
d.      perkembangan nilai-nilai hasil belajar.
e.       kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain di luar sekolah.
f.       mental, bakat dan minat, serta kondisi kepribadian. hash tes diagnostik.
g.      minat dan cita-cita awal pendidik dan jabatan.
h.      prestasi khusus yang pernah diperoleh, dan karya khusus.
i.        berbagai catatan anekdot.
2.      Konferensi Kasus
Berhubung dengan lebih luasnya permasalahan siswa Kelas V dan VI, konferensi kasus yang diselenggarakan untuk mereka mungkin memerlukan keikutsertakan pihak-pihak yang lebih luas pula, misalnya perangkat desa atau kecamatan, pemuda Karang Taruna, dan sebagainya, sesuai dengan kandungan masalah yang dibahas. Dengan lebih luasnya ruang lingkup konferensi kasus Au, makin dituntut pula tanggung jawab Guru Kelas menjaga kerahasiaan masalah siswa, di samping kemampuan untuk meramu berbagai informasi dari sumber yang berfariasi untuk pada akhirnya dipakai dalam bentuk-bentuk layanan bimbingan dan konseling.
3.      Kunjungan Rumah
Siswa kolas V dan VI SD lebih besar lagi kemampuannya untuk diaktifkan dalam kunjungan rumah demi terentasnya masalah-­masalah mereka. Sebagian data rumah dan keluarga bahkan diharapkan dapat diperoleh diri siswa yang bersangkutan secara langsung.
4.      Alih Tangan Kasus
Pembahasan tentang rencana alih tangan kasus telah dapat dilakukan secara penuh dengan siswa Kelas V dan VI yang bersangkutan. Kesadaran siswa tentang perlunya alih tangan itu dapat dipahami dan diterima oleh siswa dan orang tuanya akan merupakan modal utama bagi keberhasilan alih tangan kasus tersebut.